Dampak Pandemik terhadap Pendidikan
di Sekolah Dasar
Oleh:
Ditta Kusumawardani
Pendidikan mempunyai peranan berarti
untuk membawa kesuksesan seseorang. Pendidikan memang memberikan peluang
seseorang untuk menjadi lebih produktif lagi dengan bermacam skill yang telah
didapatkan. Belajar memecahkan masalah dengan metode yang telah dipelajari.
Sekolah Dasar merupakan tingkatan
pendidikan yang paling rendah sebelum SMP, SMA, S1, dst. Di Sekolah Dasar,
tentu peserta didik mendapatkan berbagai ilmu-ilmu dasar yang nantinya akan
dikembangkan ketika mereka menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Maka, ilmu pengetahuan di Sekolah Dasar ini sangat-sangat dibutuhkan guna untuk
menyongsong generasi muda yang lebih berkualitas.
Teknologi yang berkembang saat ini
pun juga sangat pesat. Dimana pendidik, peserta didik, orang tua, masyarakat,
dll. pun juga harus memperlajari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Di era pandemik yang saat ini masih
merebak di Indonesia, menyebabkan sistem belajar mengajar menjadi terhambat.
Semua aktivitas dilakukan secara virtual termasuk mengirim tugas dan mencari
sumber belajar. Tentu dalam hal ini telah menghasilkan banyak sekali perubahan
pada peserta didik. Mulai dari sikap, moral, gaya hidup, serta penyerapan ilmu
yang sulit karena tidak bertemu dengan pendidik. Banyak orang tua yang resah
akan hal ini karena anak-anak mereka mengalami perubahan yang drastis, terlebih
lagi pada tingkat SD.
Masa lockdown sekolah yang
ditentukan oleh pemerintah di awal pandemik ini berlangsung selama tiga bulan.
Dalam kurun waktu tiga bulan, peserta didik lebih banyak menghabiskan waktunya
belajar dan bermain di rumah. Akan tetapi sejauh mata memandang bukan belajar
lah yang mereka lakukan akan tetapi lebih bermain. Menurut peserta didik dalam
tingkat Sekolah Dasar, tidak sekolah berarti libur atau tidak ada kegiatan
belajar. Sehingga mereka dengan leluasa melupakan mata pelajaran yang telah di
dapatkan bahkan etika sehari-hari tidak seperti anak yang berpendidikan. Sebab
tingkat menghargai dalam diri mereka sangat berkurang.
Ditambah dengan belajar daring atau
melalui internet. Peserta didik akan melihat HP karena menunggu tugas yang
diberikan oleh pendidik. Namun, hal tersebut justru salah dalam pemanfaatan.
Peserta didik menjadi lebih senang bermain HP daripada mengerjakan tugas karena
di dalamnya terdapat banyak animasi-animasi yang memancing rasa ingin taunya
tinggi. Ketegasan orang tua juga jarang dihiraukan anak. Anak semakin berani
dan manja untuk selalu dituruti apa yang mereka minta. Tentu para orang tua
merasa bahwa pandemik ini sangat berdampak buruk bagi psikologis anak
kedepannya. Sebab mereka cenderung individual dan keras kepala.
Pada tahun ajaran baru, banyak
lembaga yang mempertimbangkan untuk tetap melakukan proses kegiatan belajaran
mengajar dengan tatap muka. Akan tetapi, tidak pernah melupakan protokol kesehatan
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Menjaga jarak, memakai masker, mencuci
tangan sebelum dan sesudah kegiatan belajar belajar di mulai, pengecekan suhu
tubuh, serta memberikan nutrisi makanan yang baik untuk peserta didik.
Dengan diberlakukannya proses
belajar mengajar ini memudahkan peserta didik dalam mendapatkan segala ilmu
pengetahuan kembali. Begitu juga dengan para orang tua yang sangat senang
karena buah hati mereka bisa menempuh pendidikan kembali. Walau dengan aturan
sehari masuk sehari belajar di rumah, itu sudah mengurangi rasa kekhawatiran
pada diri orang tua. Karena pendidikan memang suatu hal yang sangat penting
dalam kehidupan di dunia. Tanpa adanya pendidikan dan proses mencari ilmu,
tentu seseorang tersebut tidak mampu mengembangkan dirinya untuk menjadi
manusia yang bermanfaat bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar