ERA
NEW NORMAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Tahun 2020 ini menjadi tahun
yang sangat memprihatinkan, seperti sepi tak berpenghuni dan kosong melompong
tanpa isi. Bagaimana tidak, rasanya seperti baru kemarin kita merayakan
keseruan malam tahun baru tapi beberapa minggu kemudian kita dikejutkan oleh
kabar yang tak terduga, yakni munculnya wabah Covid-19 yang diduga berasal dari
China. Sudah diketahui bahwa wabah ini telah memakan banyak korban. Penambahan jumlah kasus Covid-19
berlangsung cukup cepat, bahkan
sampai saat ini jumlah orang yang terpapar wabah ini masih terus bertambah, dan
entah sampai kapan wabah ini akan berakhir nantinya. Karena semakin meradang
dan dianggap membahayakan, maka pemerintah memberlakukan sistem social distancing atau biasa disebut
dengan pembatasan sosial. Kini semua kegiatan sosial harus dibatasi demi
keselamatan semua orang. Adapun tujuan dari diberlakukannya social distancing ini sendiri guna
meminimalisir kegiatan yang berhubungan dengan kontak fisik secara langsung,
karena diduga wabah ini bisa tersebar melalui kontak fisik secara langsung.
Untuk itu menjaga jarak adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.
Semenjak adanya wabah Covid-19
ini banyak pekerjaan yang terbengkalai, banyak pula keadaan yang sebelumnya
normal menjadi tidak normal. Secara langsung dan tidak langsung, wabah ini ini
membawa perubahan serta dampak yang besar pada segala aspek dalam kehidupan.
Baik dari segi sosial ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, segala hal berubah
menjadi virtual. Ketidakpastian
kondisi saat ini memaksa kesiapan masyarakat pada tatanan baru, masyarakat
dipaksa untuk beradaptasi dengan kenormalan baru. Kehidupan yang normal
sebelumnya menjadi tidak normal,
masyarakat dipaksa menyesuaikan diri dengan kondisi yang tidak normal ini. Karena
dijalani secara terus-menerus kondisi tidak normal ini menjadi normal.
Pandemi
ini belum bisa diprediksi kapan akan berakhir, sehingga pemerintah mengeluarkan
beberapa kebijakan dan terobosan baru guna memudahkan jalan untuk menghentikan
wabah ini serta bangkit kembali pasca masa pandemi. Salah satu program yang
dicanangkan pemerintah ini adalah bangkit dengan new normal. New normal merupakan habitual baru yang muncul atas
penyesuaian pada kondisi sebelumnya. New normal
ini dilakukan untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam berbagai aspek
kehidupan, baik dalam bidang social ekonomi, kesehatan, maupun pendidikan.
Menanggapi isu terkini,
terkait strategi pembelajaran di era new
normal. Era new normal ini ada
akibat munculnya virus corona, yang sampai saat ini masih saja menjadi
pembicaraan hangat semua orang. Selain berdampak pada kehidupan sehari-hari,
wabah ini sangat mempengaruhi dunia pendidikan. Pendidikan sendiri sangat
penting dan dibutuhkan oleh anak-anak, meskipun dalam keadaan seperti ini kegiatan
belajar mengajar (KBM) harus tetap dilakukan. Di tengah social distancing (pembatasan social) akibat wabah covid-19 ini,
pendidikan di Indonesia menjadi agak terganggu, para peserta didik tidak bisa
masuk ke sekolah seperti biasanya. Sehingga pendidikan formal di bangku sekolah
menjadi belajar di rumah atau pembelajaran yang seharusnya normal dilakukan di
dalam kelas berganti menjadi home schooling
dengan sistem online.
Konsep home schooling (sekolah di rumah) tidak pernah menjadi arus utama
dalam wacana pendidikan nasional. Namun, konsep home schooling ini bukan merupakan hal yang baru. Konsep ini
menjadi makin popular sejak adanya wabah Covid-19. Kini sistem pembelajaran
online menjadi strategi utama dan satu-satunya dalam pembelajaran di masa pandemi
ini. Pembelajaran ini dianggap paling aman karena tidak diperlukannya kontak
fisik antar peserta didik maupun pendidik dengan peserta didik. Namun, tak
luput dari itu, sistem pembelajaran online ini berpotensi membuat kesenjangan sosial
ekonomi, banyak anak maupun orang tua yang mengeluh karena harus membeli paket
data internet demi memenuhi kebutuhan pendidikan, mengingat keadaan yang
sekarang ini penghasilan juga menurun drastis.
Wabah ini telah mengubah
model pembelajaran secara mendadak. Semua negara dipaksa menggelar pembelajaran
melalui daring (online), mulai tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, semua
pembelajaran dilakukan melalui jaringan internet. Mungkin untuk peserta didik
yang duduk di bangku sekolah menengah sudah mulai mengerti, paham, atau bahkan
sudah mahir menggunakan berbagai media teknologi (IT) untuk sistem pembelajaran
online ini. Namun, lain cerita dengan peserta didik yang masih duduk di bangku
taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Faktanya praktik pembelajaran online ini
tidak sesederhana yang dipikirkan dan dibayangkan. Hambatan teknis pun sering
terjadi, mulai dari ketersediaannya jaringan internet, kualitas jaringan,
sampai keterampilan menggunakan teknologi yang semakin memperumit proses
pembelajaran yang kemudian berbuah keluhan dan persoalan lainnya. Bahkan
permasalahan ini tidak datang dari permasalahan eksternal saja, permasalahan
internal pun menjadi kendala terbesar untuk pembelajaran online ini. Bisa
dibayangkan saja bagaimana dengan orang tua dari peserta didik yang tidak tahu
menahu dan paham apa itu pembelajaran online, kendala ini sangat memprihatinkan
dan perlu diperhatikan kembali.
Kegiatan pembelajaran home schooling ini menuntut peran serta
aktif orang tua peserta didik, terutama bagi mereka yang masih duduk di bangku
taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang memerlukan perhatian lebih. Kegiatan pembelajaran
online ini memakan waktu yang relatif lebih lama daripada pembejaran normal di
kelas, karena keterbatasan komunikasi jadi mau tidak mau pendidik harus bisa
mengkoordinir para peserta didik dengan sebaik mungkin agar pembelajaran online
tetap berjalan lancar dan materi dapat tersampaikan dengan baik.
New normal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi setiap orang tua yang harus membimbing anak mereka di rumah.
Pada era ini dibutuhkan kemampuan komunikasi yang memumpuni agar tidak terjadi
salah persepsi antara pendidik dan peserta didik. Proses belajar pada masa
pandemi sebenarnya juga telah mengarahkan pendidikan ke arah yang lebih
positif, bukan hanya dari penguasaan materi baru namun juga melatih kemampuan problem solving dan critical thinking. Namun, harapan itu tetap tidak sesuai dengan
realita, pada kenyataannya pembelajaran online ini membuat para peserta didik
berkeluh kesah dan menjadi malas. Mereka tak bersemangat karena berpikir tidak
ada guru yang mengawasi, dan tugas yang diberikan kebanyakan hanya merangkum
materi saja. Peserta didik cenderung kelelahan jika harus menulis setiap
harinya. Bukan menjadi kreatif, faktanya peserta didik ini lebih mengandalkan
google daripada pikirannya sendiri ketika tugas online diberikan. Karena mereka
merasa memang tidak ada guru yang mengawasi dan berpikir yang terpenting
tugasnya selesai.
Dalam
menghadapi keadaan saat ini, KPPA dan lembaga terkait sedang merumuskan konsep
dan scenario new normal di sekolah,
seperti menghilangkan jam istirahat dan memperpendek jam pelajaran. Adapun
untuk kegiatan nantinya di sekolah pemerintah pun sudah memberikan arahan
sesuai dengan protokol kesehatan, seperti peserta didik wajib memakai masker,
wajib membawa hand sanitizer, cuci tangan, tetap jaga jarak, dan lain
sebagainya. Apabila sistem new normal
ini benar diterapkan, maka sekolah akan masuk seperti biasa dengan ketentuan
menjalankan protokol-protokol kesehatan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar