Senin, 10 Agustus 2020

ERA NEW NORMAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN

 

ERA NEW NORMAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN

 oleh: Lailathul Nur Maghfiroh

Tahun 2020 ini menjadi tahun yang sangat memprihatinkan, seperti sepi tak berpenghuni dan kosong melompong tanpa isi. Bagaimana tidak, rasanya seperti baru kemarin kita merayakan keseruan malam tahun baru tapi beberapa minggu kemudian kita dikejutkan oleh kabar yang tak terduga, yakni munculnya wabah Covid-19 yang diduga berasal dari China. Sudah diketahui bahwa wabah ini telah memakan banyak korban. Penambahan jumlah kasus Covid-19 berlangsung cukup cepat, bahkan sampai saat ini jumlah orang yang terpapar wabah ini masih terus bertambah, dan entah sampai kapan wabah ini akan berakhir nantinya. Karena semakin meradang dan dianggap membahayakan, maka pemerintah memberlakukan sistem social distancing atau biasa disebut dengan pembatasan sosial. Kini semua kegiatan sosial harus dibatasi demi keselamatan semua orang. Adapun tujuan dari diberlakukannya social distancing ini sendiri guna meminimalisir kegiatan yang berhubungan dengan kontak fisik secara langsung, karena diduga wabah ini bisa tersebar melalui kontak fisik secara langsung. Untuk itu menjaga jarak adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.

Semenjak adanya wabah Covid-19 ini banyak pekerjaan yang terbengkalai, banyak pula keadaan yang sebelumnya normal menjadi tidak normal. Secara langsung dan tidak langsung, wabah ini ini membawa perubahan serta dampak yang besar pada segala aspek dalam kehidupan. Baik dari segi sosial ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, segala hal berubah menjadi virtual. Ketidakpastian kondisi saat ini memaksa kesiapan masyarakat pada tatanan baru, masyarakat dipaksa untuk beradaptasi dengan kenormalan baru. Kehidupan yang normal sebelumnya menjadi tidak normal, masyarakat dipaksa menyesuaikan diri dengan kondisi yang tidak normal ini. Karena dijalani secara terus-menerus kondisi tidak normal ini menjadi normal.

Pandemi ini belum bisa diprediksi kapan akan berakhir, sehingga pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan dan terobosan baru guna memudahkan jalan untuk menghentikan wabah ini serta bangkit kembali pasca masa pandemi. Salah satu program yang dicanangkan pemerintah ini adalah bangkit dengan new normal. New normal merupakan habitual baru yang muncul atas penyesuaian pada kondisi sebelumnya. New normal ini dilakukan untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam bidang social ekonomi, kesehatan, maupun pendidikan.

Menanggapi isu terkini, terkait strategi pembelajaran di era new normal. Era new normal ini ada akibat munculnya virus corona, yang sampai saat ini masih saja menjadi pembicaraan hangat semua orang. Selain berdampak pada kehidupan sehari-hari, wabah ini sangat mempengaruhi dunia pendidikan. Pendidikan sendiri sangat penting dan dibutuhkan oleh anak-anak, meskipun dalam keadaan seperti ini kegiatan belajar mengajar (KBM) harus tetap dilakukan. Di tengah social distancing (pembatasan social) akibat wabah covid-19 ini, pendidikan di Indonesia menjadi agak terganggu, para peserta didik tidak bisa masuk ke sekolah seperti biasanya. Sehingga pendidikan formal di bangku sekolah menjadi belajar di rumah atau pembelajaran yang seharusnya normal dilakukan di dalam kelas berganti menjadi home schooling dengan sistem online.

Konsep home schooling (sekolah di rumah) tidak pernah menjadi arus utama dalam wacana pendidikan nasional. Namun, konsep home schooling ini bukan merupakan hal yang baru. Konsep ini menjadi makin popular sejak adanya wabah Covid-19. Kini sistem pembelajaran online menjadi strategi utama dan satu-satunya dalam pembelajaran di masa pandemi ini. Pembelajaran ini dianggap paling aman karena tidak diperlukannya kontak fisik antar peserta didik maupun pendidik dengan peserta didik. Namun, tak luput dari itu, sistem pembelajaran online ini berpotensi membuat kesenjangan sosial ekonomi, banyak anak maupun orang tua yang mengeluh karena harus membeli paket data internet demi memenuhi kebutuhan pendidikan, mengingat keadaan yang sekarang ini penghasilan juga menurun drastis.

Wabah ini telah mengubah model pembelajaran secara mendadak. Semua negara dipaksa menggelar pembelajaran melalui daring (online), mulai tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, semua pembelajaran dilakukan melalui jaringan internet. Mungkin untuk peserta didik yang duduk di bangku sekolah menengah sudah mulai mengerti, paham, atau bahkan sudah mahir menggunakan berbagai media teknologi (IT) untuk sistem pembelajaran online ini. Namun, lain cerita dengan peserta didik yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Faktanya praktik pembelajaran online ini tidak sesederhana yang dipikirkan dan dibayangkan. Hambatan teknis pun sering terjadi, mulai dari ketersediaannya jaringan internet, kualitas jaringan, sampai keterampilan menggunakan teknologi yang semakin memperumit proses pembelajaran yang kemudian berbuah keluhan dan persoalan lainnya. Bahkan permasalahan ini tidak datang dari permasalahan eksternal saja, permasalahan internal pun menjadi kendala terbesar untuk pembelajaran online ini. Bisa dibayangkan saja bagaimana dengan orang tua dari peserta didik yang tidak tahu menahu dan paham apa itu pembelajaran online, kendala ini sangat memprihatinkan dan perlu diperhatikan kembali.

Kegiatan pembelajaran home schooling ini menuntut peran serta aktif orang tua peserta didik, terutama bagi mereka yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang memerlukan perhatian lebih. Kegiatan pembelajaran online ini memakan waktu yang relatif lebih lama daripada pembejaran normal di kelas, karena keterbatasan komunikasi jadi mau tidak mau pendidik harus bisa mengkoordinir para peserta didik dengan sebaik mungkin agar pembelajaran online tetap berjalan lancar dan materi dapat tersampaikan dengan baik.

New normal ini menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orang tua yang harus membimbing anak mereka di rumah. Pada era ini dibutuhkan kemampuan komunikasi yang memumpuni agar tidak terjadi salah persepsi antara pendidik dan peserta didik. Proses belajar pada masa pandemi sebenarnya juga telah mengarahkan pendidikan ke arah yang lebih positif, bukan hanya dari penguasaan materi baru namun juga melatih kemampuan problem solving dan critical thinking. Namun, harapan itu tetap tidak sesuai dengan realita, pada kenyataannya pembelajaran online ini membuat para peserta didik berkeluh kesah dan menjadi malas. Mereka tak bersemangat karena berpikir tidak ada guru yang mengawasi, dan tugas yang diberikan kebanyakan hanya merangkum materi saja. Peserta didik cenderung kelelahan jika harus menulis setiap harinya. Bukan menjadi kreatif, faktanya peserta didik ini lebih mengandalkan google daripada pikirannya sendiri ketika tugas online diberikan. Karena mereka merasa memang tidak ada guru yang mengawasi dan berpikir yang terpenting tugasnya selesai.

Dalam menghadapi keadaan saat ini, KPPA dan lembaga terkait sedang merumuskan konsep dan scenario new normal di sekolah, seperti menghilangkan jam istirahat dan memperpendek jam pelajaran. Adapun untuk kegiatan nantinya di sekolah pemerintah pun sudah memberikan arahan sesuai dengan protokol kesehatan, seperti peserta didik wajib memakai masker, wajib membawa hand sanitizer, cuci tangan, tetap jaga jarak, dan lain sebagainya. Apabila sistem new normal ini benar diterapkan, maka sekolah akan masuk seperti biasa dengan ketentuan menjalankan protokol-protokol kesehatan yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOMBA POP SOLO SPESIAL HARI KEMERDEKAAN

 Assalamualaikum Wr. Wb 🇮🇩 Salam Kemerdekaan - Indonesia Maju 🇲🇨 KKN-VDR Pringgandani 1 IAIN Tulungagung Proudly Present : 🎙️ LOMBA POP...