Humanisasi di Masa
Pandemik Virus Covid 19.
Oleh: Syarifah Annajiyah
“Tidak
penting apa agama dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk
semua manusia, maka orang tidak pernah tanya agamamu”. – KH. Abdurrahman Wahid.
Akhir-akhir ini dunia termasuk
negara Indonesia sedang dihebohkan dengan pandemik global yakni adanya virus
COVID-19 atau yang lebih dikenal dengan coronavirus
disease 2019. Penyakit ini
disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2. Wabah
COVID-19 pertama kali terdeteksi di Wuhan, Hubei, Tiongkok pada bulan Desember
2019 dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
11 Maret 2020. Penyebaran pandemi ini sangat luas hingga mencapai ratusan ribu
kasus dan angka kematian yang ribuan. Virus COVID-19 diduga menyebar terutama
melalui percikan pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama batuk. Percikan
ini juga dapat dihasilkan dari bersin dan pernapasan normal. Selain itu, virus
dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi dan
kemudian menyentuh bagian tubuh
seseorang. Penyakit COVID-19 menular saat orang yang menderitanya memiliki
gejala, meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala muncul ataupun tanpa
gejala. Periode
waktu antara paparan virus dan munculnya gejala biasanya sekitar empat sampai lima
hari, tetapi dapat juga dirasakan dari dua hingga empat
belas hari. Gejala umum di antaranya demam, batuk, dan sesak napas. Komplikasi
dapat berupa pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan akut. Belum ada vaksin
atau pengobatan antivirus khusus untuk penyakit ini. Pengobatan primer yang
diberikan berupa terapi simtomatik dan suportif.
Langkah-langkah pencegahan yang
direkomendasikan untuk menghindari penyakit ini di antaranya dengan mencuci
tangan, menutup mulut saat batuk, menghindari kerumunan, menjaga jarak dari
orang lain (social distancing), serta pemantauan dan isolasi diri untuk orang
yang dicurigai terinfeksi. Dalam hal ini, social distancing dapat dilakukan
oleh setiap individu maupun diatur langsung oleh pemerintah setempat. Adapun
bentuk social distancing oleh individu adalah tidak mendatangi tempat keramaian
seperti pusat perbelanjaan, food court, event masal yang dihadiri banyak orang,
ruang publik, tempat pariwisata, dan lainnya. Selain itu, social distancing
dapat dipraktekkan dengan menjaga jarak minimal dua meter dengan orang lain.
Dengan jarak tersebut, maka dianjurkan tidak melakukan jabat tangan atau
berpelukan saat bertemu satu sama lain. Sementara, social distancing yang
diatur langsung oleh pemerintah seperti penangguhan event masal dan menutup
ruang publik.
Pesatnya penyebaran virus ini turut
mempengaruhi keseimbangan kehidupan dalam segala aspek seperti kesehatan,
pendidikan, keagamaan termasuk juga menjadikan ketidakstabilan pada pertumbuhan
ekonomi di masyarakat. Tak hanya sampai disitu dampak pandemi ini pada ekonomi
juga menurunnya daya beli, omset sampai produksi penjualan karena penurunan tingkat konsumsi
dimasyarakat, salah satunya adalah karena adanya hilangnya kepercayaan.
Akibatnya anyak masyarakat yang mendapat dampak dari pandemik ini dalam hal
ekonomi yakni hilangnya pekerjaan, di PHK, turunnya penghasilan sampai bahkan
tidak adanya penghasilan sama sekali. Kehidupan pun terus berputar seperti biasanya,
walaupun ada beberapa aktivitas yang sedikit berubah karena adanya pandemik
ini. Banyak saudara kita yang sebelumnya
sudah mengalami ekonomi yang sulit dan dipandemik ini justru lebih
memperburuk itu, terlebih keluarga-keluarga korban virus ini ataupun yang
tedampak. Walaupun pemerintah telah menganggarkan dan memberikan sejumlah
bantuan kepada masyarakat, kita tahu sendiri bantuan ini masih banyak yang
tidak tepat sasaran dan belum menyuluruh, apalagi kepada yang memang
benar-benar membutuhkan tidak sedikit bayak masyarakat yang meninggal karena
kelaparan juga terkena virus akibat tetap bersikukuh bekerja untuk menghidupi
keluarganya agar dapat bertahan dimasa pandemik ini.
Bangsa kita adalah bangsa yang erat
akan budaya gotong royong dan saling membantu. Namun, dimasa seperti ini justru
kebanyakan masyarakat enggan untuk saling membantu dan merangkul, karena masyarakat dihadapkan
dengan dua pilihan antara keselamatannya dan keluarganya atau orang lain yang
ditakutkan nantinya rawan terjangkit
virus covid-19 ini karena berada dilingkungan luar. Masyarakat terus
dihadapkan dengan pilihan-pilihan sulit, tidak hanya pada sisi ekonomi namun
juga pendidikan yang menjadi daring, kesehatan yang semakin ribet dan
lain-lain.
Mengingat bangsa kita juga adalah
bangsa yang memiliki banyak keberagaman dari suku, adat, budaya, ras dan agama.
Maka, tidak mudah menyamakan visi, misi ataupun pendapat banyak orang yang
mempunyai ragam latar belakang yang berbeda-beda. Terlebih dimasa seperti ini
kita perlu adanya uluran tangan dan sikap solidaritas yang penting sekali untuk
terus dilakukan dan diterapkan. Tentu menyatukan dan memperkuat persaudaraan
adalah salah satu kunci menciptakan gerakan solidaritas ini. Humanisasi atau
menumbuhkan rasa kemanusiaan perlu adanya terus diajarkan dimasyarakat terlebih
sejak anak anak agar paham betul arti memanusiakan manusia kepada sesama.
Gerakan solidaritas juga nantinya akan memberi banyak dampak positif bagi
pemberi ataupun penerima. Memberi dan menolong sesama dengan tanpa syarat ini
nanti tentu juga akan memperkuat
perikemanusiaan seseorang.
KH. Abdurrahman Wahid atau yang
biasa dipanggil Gus Dur menegaskan dalam sembilan nilai utama Gus Dur pada poin
kemanusiaan tentang bagaimana seharusnya bersikap memanusiakan manusia dengan
sesama. Mengingat manusia menurut beliau adalah makhluk Tuhan yang paling mulia
digadang-gadang sebagai “khalifah fil ardh” yang mana dipercaya tidak
hanya untuk menjaga bumi namun juga untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Maka
dari itu kemanusiaan merupakan cerminan dari ketuhanan. Kemuliaan yang ada
dalam diri manusia mengharuskan untuk memiliki sikap untuk saling memuliakan,
menghargai dan menghormati. Memuliakan manusia sama halnya memuliakan
penciptanya, pun merendahkan manusia sama halanya merendahkan penciptanya. Gus
Dur dalam universalisme islam nya menyebutkan bahwa penting adanya menampakkan
diri dalam berbagai manifestasi ajaran-ajarannya yang salah satunya yakni sikap
hidup, dimana disini sebagai manusia kita perlu menampakkan diri dalam hal
keperdulian yang sangatbesar pada unsur-unsur utama dari kemanusiaan (al-insaninyyah).
Unsur-unsur tersebut dapat seperti persamaan derajat dimuka hukum,
perlndungan warga masyarakat dari kesewenang-wenangan, juga penjagaan hak-hak mereka yang lemah dan menderita
kekurangan. Dan inilah mengapa perlunya kita menumbuhkan humanisasi sehingga
masyarakat terus solid untuk membantu sesamanya.
Semasa pandemik ini banyak sekali
orang yang acuh terhadap sesamanya, enggan membantu dan menolong, serta hanya
memikirkan bagaimana ia dan keluarganya dapat bertahan. Krisis kemanusiaan
mungkin sangat kita rasakan dimas pandemik ini apalagi diawal-awal virus ini
muncul, karena pemerintah pun memberikan intruksi untuk tetap dirumah saja
untuk memperlambat penularan virus ini, sehingga menjadikan kebanyakan orang
menjadi fokus hanya pada dirinya dan keluarganya sendiria. Sedikit yang masih
memikirkan bagaimana nasib sesamanya, bagaimana saudara-saudaranya diluar dapat
mencukupi kebutuhan dan bertahan hidup, namun kita semua patut mengapresiasi
dan mendukung orang-orang yang masih mau memikirkan sesamanya dengan membuat
penggalangan dana, aksi atau gerakan solidaritas yang sekarang banyak muncul
dan aktif di komunitas, organisasi,
pengusaha, akademisi, ataupun hanya perorangan. Gerakan-gerakan inilah yang
akhirnya kita ketahui memiliki misi yang sama yakni membantu meringankan beban
saudara-saudara kita yang menjadi koban ataupun terdampak pandemik virus
covid-19 ini, juga merupakan hal yang dapat mengajak masyarakat lain untuk
turut berpartisipasi mengulurkan tangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar